
Langgur, Lintas-Timur.co.id – Tradisi Fan Kurkurat atau memanah ikan Kurkurat menjadi salah satu daya tarik utama dalam gelaran Festival Pesona Meti Kei (FPMK) 2025 yang berlangsung meriah di Pantai Ohoi Kolser, Kabupaten Maluku Tenggara, Sabtu (25/10/2025).
Lebih dari sekadar pertunjukan budaya, Fan Kurkurat mencerminkan kearifan lokal masyarakat Kei dalam menjaga keseimbangan antara manusia, laut, dan alam.
Bupati Maluku Tenggara, Muhammad Thaher Hanubun, menjelaskan bahwa fenomena surutnya air laut secara ekstrem yang biasanya terjadi pada bulan Oktober telah melahirkan berbagai tradisi khas di setiap kampung di Kepulauan Kei. Salah satunya adalah Fan Kurkurat di Ohoi Kolser, yang tetap lestari hingga kini.
“Walaupun ukuran ikan Kurkurat tidak besar, ikan ini memiliki sejarah panjang yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi Fan Kurkurat bukan sekadar menangkap ikan, melainkan bentuk penghormatan terhadap laut dan keseimbangan alam,” ujar Thaher.
Menurut Bupati, Fan Kurkurat merupakan simbol semangat pelestarian budaya dan identitas masyarakat Kei.
“Menjaga tradisi bukan berarti menolak kemajuan, tetapi menjadi pondasi moral dan spiritual untuk menghadapi tantangan modernisasi,” tambahnya.
Ia menegaskan, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi ini sejalan dengan semangat Meti Kei — saat laut surut menjadi simbol persatuan, kebersamaan, serta ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas limpahan berkah alam.
Suasana di Pantai Kolser pun tampak semarak. Ratusan warga dan wisatawan memenuhi pesisir untuk menyaksikan prosesi Fan Kurkurat. Pemerintah daerah bersama masyarakat bahu-membahu mempersiapkan acara dengan penuh semangat, menampilkan nilai gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat Kei.
“Dedikasi dan kerja keras seluruh pihak adalah bukti kuat semangat gotong royong masyarakat Kei. Tanpa dukungan bersama, kegiatan besar seperti ini tak akan berjalan sukses,” tutur Bupati Thaher.
Selain melestarikan budaya, pelaksanaan Fan Kurkurat juga memberi dampak positif bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif daerah. Melalui FPMK, pemerintah daerah mendorong pelaku UMKM lokal untuk mempromosikan produk unggulan, kuliner khas, serta kerajinan tradisional masyarakat Kei.
Bupati Thaher menegaskan bahwa pemerintah akan terus mendukung kegiatan budaya berbasis kearifan lokal.
“Tradisi seperti Fan Kurkurat bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga aset berharga yang memperkuat karakter generasi muda dan memperkaya identitas daerah,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa Kabupaten Maluku Tenggara memiliki 72 destinasi wisata yang memerlukan perhatian dari DPR RI dan Kementerian Pariwisata. Karena itu, ia mengajak wartawan, influencer, dan seluruh pihak untuk turut mempromosikan potensi wisata Maluku Tenggara ke tingkat nasional dan internasional.
Dalam kesempatan itu, Bupati juga mendorong para pimpinan OPD agar terus berinovasi dan bijak dalam mengelola anggaran pembangunan, sehingga manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat.
Festival Pesona Meti Kei 2025 menjadi simbol kebanggaan masyarakat Maluku Tenggara. Melalui semangat Fan Kurkurat, masyarakat Kei diharapkan terus menjaga persatuan, menghormati alam, dan menumbuhkan cinta terhadap budaya leluhur demi masa depan daerah yang berkarakter, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Sementara itu, Anggota Komisi III DPR RI, Widya Pratiwi, menegaskan pentingnya melestarikan tradisi Fan Kurkurat sebagai bagian dari kekayaan budaya yang sarat nilai kearifan lokal.
“Fan Kurkurat adalah budaya yang harus terus kita jaga dan lestarikan sampai ke anak cucu. Kalau bukan kita, siapa lagi?” tegas Widya dengan penuh semangat.
Ia mengaku bangga dengan kekayaan budaya Maluku, terutama tradisi yang masih terpelihara di Kepulauan Kei. Widya juga mengapresiasi langkah Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara yang konsisten menjaga nilai-nilai budaya lokal melalui penyelenggaraan FPMK.
“Saya bersyukur bisa hadir di Maluku Tenggara bertepatan dengan masa reses. Setiap Oktober selalu menjadi momen istimewa bagi masyarakat Kei, dan saya sudah agendakan khusus untuk hadir,” ujarnya.
Menurutnya, kehadiran berbagai pihak, termasuk para wakil rakyat, sangat penting untuk memastikan keberlangsungan tradisi dan budaya daerah.
“Semoga Festival Pesona Meti Kei menjadi inspirasi bagi anggota DPR RI maupun DPRD dari daerah lain untuk ikut menyemarakkan kegiatan serupa di wilayah masing-masing,” pungkasnya.
Dengan semangat pelestarian budaya yang mengakar kuat, Fan Kurkurat menjadi simbol harmoni antara manusia dan alam — warisan leluhur yang terus hidup, menghidupi, dan menjadi kebanggaan masyarakat Kei serta bangsa Indonesia.(**)