Langgur, Lintas-Timur.co.id - Tidak bisa di pungkiri jika politik identitas agama yang di hembuskan oleh paslon tertentu menjelang Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Maluku Tenggara sangat di sayangkan salah satu politisi senior PDI-P Eusebius Utha Savsavubun.
Lelaki yang sering di sapa dengan panggilan akrabnya Utha ini benar-benar menyayangkan adanya politik identitas berupa isu agama, karena sejatinya filosofi "Ain Ni Ain" tidak harus menggunakan isu agama.
Lebih lanjut di katakan, menyikapi isu yang lagi bergulir di tengah publik, pihaknya telah berkomunikasi dengan Wakil Uskup wilayah Kei Kecil sebagaimana perintah Bapak Uskup (Mgr. Inno Ngutra) yang mana gereja harus bersikap netral dan ini adalah perintah Bapak Uskup yang telah di umumkan di mimbar gereja, beber Utha.
Di katakan, jika sebelumnya ada pasangan calon yang meminta pihak gereja harus bersikap netral pada perhelatan pilkada Malra tahun 2024, namun fakta itu berbalik bahkan justru merekalah yang memanfaatkan simbol-simbol gereja untuk meraup suara pada kontestasi pilkada 27 November mendatang bagi pemilih yang seiman, tegas Utha.
Olehnya itu, Utha meminta para pihak, baiknya hentikan langkah-langka tersebut, karena itu hanyalah kedok untuk menutupi saja kekurangan serta ketidak mampuan kreativitas dan inovasi pasangan calon dalam untuk membangun Maluku Tenggara.
Selaku mantan anggota DPRD Malra selama 5 periode itu, mengajak warga masyarakat Kei Besar kira memberikan kesempatan bagi MTH-VR guna melanjutkan pembangunan 5 tahun kedepanya, cetusnya.
Saat kampanye MTH-VR di Kecamatan Kei Besar tepatnya Kota Elat, Utha menghimbau warga masyarakat yang belum menentukan pilihanya saat ini baiknya segera menentukan pilihan politiknya pada MTH-VR guna selesaikan pembangunan 5 tahun kedepan, ajak Utha.(**)